Eksposelensa.com – Bandung – Kota Bandung kini memasuki fase darurat peredaran obat keras. Aktivis Muda Jawa Barat, Ahyarudin, mengeluarkan pernyataan tegas, meminta Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Kapolda Irjen Pol Rudi Setiawan segera turun tangan menyelamatkan warga, khususnya generasi muda, dari ancaman kehancuran mental dan fisik akibat maraknya peredaran obat-obatan berbahaya seperti Eximer dan Tramadol.
“Ini bukan lagi fenomena kriminal biasa. Ini darurat! Kota Bandung sedang di ambang kehancuran jika tak segera ditangani secara serius. Pembiaran seperti ini hanya akan mempercepat kerusakan sosial,” ujar Ahyarudin, Minggu (25/5).
Berdasarkan hasil penelusuran dan informasi lapangan, diperkirakan ada ratusan titik di Kota Bandung yang diduga kuat menjadi sarang peredaran obat keras.
Ironisnya, sebagian besar pelaku seolah tidak gentar menghadapi hukum.Salah satu kasus yang mencolok terjadi di wilayah hukum Polsek Panyileukan, tepatnya di Jalan AH. Nasution, Cipadung Kulon.
Seorang pengedar bernama Ipul mengaku telah 8 bulan beroperasi tanpa hambatan. “Aman-aman saja,” ujarnya kepada tim investigasi Media Mata-Rakyat.com.
Lebih mencurigakan lagi, saat informasi ini disampaikan ke Polsek Panyileukan, tak lama kemudian toko tutup secara mendadak. Rekan Ipul, bernama Heru, menyebut ada “perintah” untuk segera tutup.
“Apakah ini kebetulan? Atau ada informasi yang bocor dari internal aparat? Publik berhak tahu siapa yang bermain di balik pembiaran ini,” tegas Ahyarudin.
Kondisi serupa juga terjadi di wilayah hukum Polsek Sukasari. Kios di Jalan Perintis, Sarijadi, yang sebelumnya dua kali digerebek dan dipasangi garis polisi, tetap nekat beroperasi. Ini menunjukkan lemahnya pengawasan dan minimnya efek jera.
Ahyarudin mendesak Gubernur Dedi Mulyadi untuk tidak tinggal diam. “Kami meminta Pak Gubernur jangan hanya fokus pada pembangunan fisik. Saat ini yang terancam bukan sekadar infrastruktur, tapi masa depan manusia,” ucapnya.
Kepada Kapolda Jabar Irjen Pol Rudi Setiawan, ia juga mengingatkan agar segera bentuk tim independen untuk menyapu bersih jaringan pengedar dan menelusuri kemungkinan adanya aparat yang terlibat.
“Bandung butuh tindakan nyata, bukan hanya operasi simbolik dan konferensi pers semata,” tambahnya.
Bandung kini menanti langkah konkret dari para pemimpin Jawa Barat. Apakah mereka berani bertindak atau kembali membiarkan racun merajalela di tengah masyarakat?
(Red)














