Eksposelensa.com – TANGERANG – Kisah memilukan datang dari Cinta Putri Sartika, pelajar berprestasi yang harus menelan pil pahit setelah gagal masuk ke SMAN 5 Kota Tangerang Selatan melalui jalur prestasi. Padahal, Cinta telah mengantongi sertifikat resmi dan medali dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sebagai bukti nyata prestasinya di tingkat nasional.
Dalam pesan emosional yang ditujukan kepada Gubernur Banten melalui media sosial, orang tua Cinta, yang dikenal dengan sapaan Om Bintang, meluapkan kekecewaannya. Ia mengaku upaya keluarga untuk memperjuangkan hak pendidikan anaknya justru dijawab dengan alasan teknis yang dinilai tidak masuk akal oleh pihak sekolah.
“Anak saya ditolak karena katanya tidak ada stempel, padahal jelas-jelas di dokumen tersebut ada stempelnya. Saya sampai diminta datang tanggal 20 untuk menyerahkan rapor yang dilegalisir, dan di tanggal yang sama panitia malah mengajarkan saya daftar online jalur prestasi. Tapi kenapa setelah melihat berkas prestasi anak saya dari kementerian, itu tidak diakui?” ungkapnya geram, Senin (14/7/25).
Lebih menyakitkan lagi, Cinta yang baru saja menjalani dua kali operasi otak akibat kecelakaan kini mengalami trauma berat. Ia menolak bersekolah karena merasa diperlakukan tidak adil oleh sistem pendidikan yang seharusnya berpihak kepada siswa berprestasi.
“Seharusnya Gubernur Banten turun tangan. Ini bukan masalah sepele, ini masa depan anak bangsa. Alasan kepala sekolah takut kehilangan jabatan itu tidak relevan. Jabatan hanya sementara, tapi hak anak untuk sekolah sudah dijamin oleh UUD 1945,” tegas Om Bintang.
Polemik ini pun menyeret pertanyaan besar soal transparansi dan akuntabilitas dalam proses verifikasi dokumen jalur prestasi. Orang tua murid bahkan meminta pihak SMAN 5 membuka data siswa lain yang lolos jalur prestasi.
“Kami ingin tahu, ada atau tidak siswa lain yang berprestasi sampai tingkat kementerian? Kalau ada, tunjukkan! Jangan sampai ada kesan pilih kasih atau diskriminasi,” ujarnya lantang.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak SMAN 5 Kota Tangerang Selatan dan Dinas Pendidikan Provinsi Banten belum memberikan pernyataan resmi terkait kasus ini.
Sementara itu, semua mata kini tertuju pada Gubernur Banten untuk memastikan hak pendidikan Cinta tidak dikubur oleh birokrasi yang kaku dan diskriminatif.
Kasus ini menjadi cermin betapa pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap jalur prestasi agar tidak hanya menjadi “pajangan manis” dalam sistem penerimaan murid baru (SPMB), tetapi benar-benar menjadi jalur penghargaan bagi siswa berprestasi yang sudah mengharumkan nama bangsa.
(Tim liputan)