BeritaLintas DaerahNewsTNI / POLRI

Jaga Situasi Kamtibmas, Kapolsek Panyingkiran Jalin Silaturahmi Sambangi Muspika

83
×

Jaga Situasi Kamtibmas, Kapolsek Panyingkiran Jalin Silaturahmi Sambangi Muspika

Sebarkan artikel ini

Eksposelensa.com – Majalengka, Jalin silaturahmi, Kapolsek Panyingkiran Polres Majalengka Kunjungi Muspika Kecamatan Panyingkiran Kapolsek Panyingkiran Polres Majalengka AKP ASEP ROHENDI S.H.,M,H,CPHR melaksanakan sambang silaturahmi dengan Muspika Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka, Senin (24/2/25).

Sekitar pukul 10.20 wib Kapolsek Panyingkiran mengunjungi Kecamatan Panyingkiran yang diterima oleh Camat Panyingkiran ERIK PRATAMA S. STP.,Msi, Danpos Koramil Kadipaten Perlu Gatot, ketua BPP MHAMAD AMID R, S. P Kepala Desa Leuwiseng SAEPUL

Kapolres Majalengka AKBP Indra Novianto melalui Kapolsek Panyingkiran AKP Asep Rohendi menyampaikan sebagai pejabat Kapolsek kami akan terus berupaya dalam menjaga situasi kamtibmas di Wilayah Hukum Polsek Panyingkiran, salah satunya yaitu dengan melaksanakan silaturahmi dan koordinasi.

“Hubungan Komunikasi dengan tiga pilar merupakan sesuatu hal yang harus dilaksanakan dalam menghadapi agenda-agenda kegiatan kedepan sehingga dapat tercipta situasi kamtibmas yang kondusif,” tambah Kapolsek

“Mari kita bersama-sama untuk berperan aktif dalam menciptakan kondusifitas wilayah, karena ini merupakan tanggungjawab kita bersama,” pungkas Kapolsek AKP Asep Rohendi.

( Adji Saka )

“Perampokan Sumber Alam oleh Oknum Pejabat: Rakyat Terpuruk, Negara Diam” Sumedang, 3 – 2025 – Fenomena perampokan sumber daya alam kembali menyeruak di tengah krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah. Di berbagai daerah, tambang ilegal, kebocoran hasil bumi, serta penguasaan lahan hutan oleh korporasi terus meningkat—dan di balik semuanya, bayangan oknum pejabat negara kerap terlihat. Investigasi sejumlah aktivis lingkungan dan jurnalis independen mengungkap pola sistematis: pemberian izin tambang yang penuh kejanggalan, proyek infrastruktur yang mengorbankan warga, serta kebijakan daerah yang disetir oleh kepentingan investor. Di balik meja rapat dan tanda tangan pejabat, miliaran rupiah kekayaan alam berpindah tangan—sementara rakyat di wilayah terdampak hanya mewarisi lumpur, polusi, dan kemiskinan. “Ini bukan lagi sekadar pelanggaran etika, tapi pengkhianatan terhadap amanat konstitusi. Negara wajib mengelola bumi, air, dan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bukan segelintir pejabat atau korporasi rakus,” tegas [Nama Narasumber], aktivis lingkungan dari [Nama Lembaga]. Di Kalimantan, Papua, hingga Sulawesi, jejak perampasan sumber daya alam meninggalkan luka sosial dan ekologis yang dalam. Warga kehilangan lahan, air bersih, serta akses terhadap hutan adat yang selama ratusan tahun menjadi sumber kehidupan. Ironisnya, sebagian proyek yang diklaim “pembangunan” justru melanggengkan penderitaan. Pengawasan lemah, penegakan hukum tumpul ke atas, dan kedekatan antara pejabat dengan pemodal membuat praktik ini seolah mendapat restu. Di banyak kasus, aparat justru melindungi kepentingan perusahaan ketimbang rakyat. Laporan terbaru beberapa lembaga independen menunjukkan, nilai kerugian negara akibat kebocoran hasil sumber daya alam mencapai triliunan rupiah per tahun. Namun yang lebih tragis, adalah kerugian sosial dan moral: hilangnya kepercayaan rakyat kepada negara yang seharusnya melindungi mereka. Rakyat menunggu langkah nyata: audit menyeluruh atas izin tambang, penuntasan kasus korupsi sumber daya alam, dan kebijakan yang benar-benar berpihak pada kepentingan publik. Bila tidak, maka sejarah akan mencatat — bahwa negeri yang kaya ini dirampok dari dalam oleh mereka yang seharusnya menjaganya.
Berita

Sumedang, 3 – 2025 – Fenomena perampokan sumber daya…