BeritaLintas DaerahNewsTNI / POLRI

Polri bersama Media Wujudkan Kepedulian di Bulan Ramadhan

99
×

Polri bersama Media Wujudkan Kepedulian di Bulan Ramadhan

Sebarkan artikel ini

Eksposelensa.com – Polri bersama media berbagi takjil untuk berbuka puasa di bulan suci Ramadan. Kegiatan ini dilakukan serentak di seluruh Indonesia dan  bertujuan untuk mempererat hubungan antara Polri, media, dan masyarakat. Acara berlangsung di Jl. Sukarna-Hatta, depan Metro Indah Mall, Kota Bandung, pada Rabu, 12 Maret 2025.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol. Jules Abraham Abast S.I.K. mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata kepedulian Polri kepada masyarakat di saat bulan suci Ramadhan.

Kegiatan ini di pimpin oleh Kasi Standar Cegah dan  Tindak Subdit Kamsel Kompol Dr. Lisdiana Ningsih, S.H., M.M.  di dampingi oleh 15 anggota Direktorat Lalu Lintas Polda Jabar dan sejumlah jurnalis.

Jules Abraham menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk berbagi kebahagiaan. Menurutnya, berbagi takjil di bulan Ramadan adalah bentuk kepedulian terhadap sesama.

“Kami ingin masyarakat merasa di hargai dan di perhatikan, terutama di bulan suci ini,” ujarnya

Kegiatan berbagi ini bukan hanya sekadar memberi makanan. “Ini adalah bentuk kebersamaan yang mempererat tali silaturahmi antara Polri, media, dan masyarakat,” jelasnya. Ia juga berharap kegiatan ini bisa menjadi contoh kebaikan bagi banyak pihak.

Ia menuturkan bahwa berbagi takjil merupakan kewajiban bagi setiap orang yang mampu. “Ramadan adalah bulan penuh berkah, saat yang tepat untuk berbagi dengan sesama,” katanya.

Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli dan saling membantu, terutama pada bulan yang penuh rahmat ini.

“Semoga dengan kegiatan ini, kita semua dapat semakin dekat dan saling mendukung,” harapnya. Ia mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga ketertiban dan keamanan, serta menjalankan ibadah puasa dengan baik.

( Adji Saka )

“Perampokan Sumber Alam oleh Oknum Pejabat: Rakyat Terpuruk, Negara Diam” Sumedang, 3 – 2025 – Fenomena perampokan sumber daya alam kembali menyeruak di tengah krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah. Di berbagai daerah, tambang ilegal, kebocoran hasil bumi, serta penguasaan lahan hutan oleh korporasi terus meningkat—dan di balik semuanya, bayangan oknum pejabat negara kerap terlihat. Investigasi sejumlah aktivis lingkungan dan jurnalis independen mengungkap pola sistematis: pemberian izin tambang yang penuh kejanggalan, proyek infrastruktur yang mengorbankan warga, serta kebijakan daerah yang disetir oleh kepentingan investor. Di balik meja rapat dan tanda tangan pejabat, miliaran rupiah kekayaan alam berpindah tangan—sementara rakyat di wilayah terdampak hanya mewarisi lumpur, polusi, dan kemiskinan. “Ini bukan lagi sekadar pelanggaran etika, tapi pengkhianatan terhadap amanat konstitusi. Negara wajib mengelola bumi, air, dan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bukan segelintir pejabat atau korporasi rakus,” tegas [Nama Narasumber], aktivis lingkungan dari [Nama Lembaga]. Di Kalimantan, Papua, hingga Sulawesi, jejak perampasan sumber daya alam meninggalkan luka sosial dan ekologis yang dalam. Warga kehilangan lahan, air bersih, serta akses terhadap hutan adat yang selama ratusan tahun menjadi sumber kehidupan. Ironisnya, sebagian proyek yang diklaim “pembangunan” justru melanggengkan penderitaan. Pengawasan lemah, penegakan hukum tumpul ke atas, dan kedekatan antara pejabat dengan pemodal membuat praktik ini seolah mendapat restu. Di banyak kasus, aparat justru melindungi kepentingan perusahaan ketimbang rakyat. Laporan terbaru beberapa lembaga independen menunjukkan, nilai kerugian negara akibat kebocoran hasil sumber daya alam mencapai triliunan rupiah per tahun. Namun yang lebih tragis, adalah kerugian sosial dan moral: hilangnya kepercayaan rakyat kepada negara yang seharusnya melindungi mereka. Rakyat menunggu langkah nyata: audit menyeluruh atas izin tambang, penuntasan kasus korupsi sumber daya alam, dan kebijakan yang benar-benar berpihak pada kepentingan publik. Bila tidak, maka sejarah akan mencatat — bahwa negeri yang kaya ini dirampok dari dalam oleh mereka yang seharusnya menjaganya.
Berita

Sumedang, 3 – 2025 – Fenomena perampokan sumber daya…