BeritaNewsTNI / POLRI

Ramadhan Berkah, Polsek Jatiuwung Berbagi Takjil Kepada Masyarakat Dan Pengguna Jalan

109
×

Ramadhan Berkah, Polsek Jatiuwung Berbagi Takjil Kepada Masyarakat Dan Pengguna Jalan

Sebarkan artikel ini

Eksposelensa.com, Kota Tangerang – Wujud kepedulian terhadap sesama di bulan suci Ramadhan 1445 Hijriah, Jajaran personel Polsek Jatiuwung Polres Metro Tangeeang Kota gelar kegiatan berbagi takjil kepada masyarakat dan penggunaan jalan, pada hari Selasa (04/03/2025) pukul 17:00wib.

Hal demikian ini disampaikan Kapolsek Jatiuwung Kompol Rabi’in saat dikonfirmasi oleh awak media melalui Chat WhatsApp.

Kapolsek Jatiuwung Kompol Rabi’in didampingi Waka Polsek AKP Fahyani, dan Kanit Binmas AKP Agus Nurdin mengatakan, ‘ Dalam kegiatan berbagi takjil berbuka puasa ini dilaksanakan oleh jajaran personel Bhabinkamtibmas dilokasi Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Keroncong, Kecamatan Jatiuwung Kota Tangerang.

Kapolsek Kompol Rabi’in pun menambahkan, bahwa pemberian 100 paket makanan takjil berbuka puasa ini merupakan bentuk wujud kepedulian Polri untuk berbagi kepada warga masyarakat maupun pengguna jalan yang melintas.

Semoga pemberian makanan takjil berbuka puasa yang kami berikan ini sangat bermanfaat bagi yang menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah.

“Perampokan Sumber Alam oleh Oknum Pejabat: Rakyat Terpuruk, Negara Diam” Sumedang, 3 – 2025 – Fenomena perampokan sumber daya alam kembali menyeruak di tengah krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah. Di berbagai daerah, tambang ilegal, kebocoran hasil bumi, serta penguasaan lahan hutan oleh korporasi terus meningkat—dan di balik semuanya, bayangan oknum pejabat negara kerap terlihat. Investigasi sejumlah aktivis lingkungan dan jurnalis independen mengungkap pola sistematis: pemberian izin tambang yang penuh kejanggalan, proyek infrastruktur yang mengorbankan warga, serta kebijakan daerah yang disetir oleh kepentingan investor. Di balik meja rapat dan tanda tangan pejabat, miliaran rupiah kekayaan alam berpindah tangan—sementara rakyat di wilayah terdampak hanya mewarisi lumpur, polusi, dan kemiskinan. “Ini bukan lagi sekadar pelanggaran etika, tapi pengkhianatan terhadap amanat konstitusi. Negara wajib mengelola bumi, air, dan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bukan segelintir pejabat atau korporasi rakus,” tegas [Nama Narasumber], aktivis lingkungan dari [Nama Lembaga]. Di Kalimantan, Papua, hingga Sulawesi, jejak perampasan sumber daya alam meninggalkan luka sosial dan ekologis yang dalam. Warga kehilangan lahan, air bersih, serta akses terhadap hutan adat yang selama ratusan tahun menjadi sumber kehidupan. Ironisnya, sebagian proyek yang diklaim “pembangunan” justru melanggengkan penderitaan. Pengawasan lemah, penegakan hukum tumpul ke atas, dan kedekatan antara pejabat dengan pemodal membuat praktik ini seolah mendapat restu. Di banyak kasus, aparat justru melindungi kepentingan perusahaan ketimbang rakyat. Laporan terbaru beberapa lembaga independen menunjukkan, nilai kerugian negara akibat kebocoran hasil sumber daya alam mencapai triliunan rupiah per tahun. Namun yang lebih tragis, adalah kerugian sosial dan moral: hilangnya kepercayaan rakyat kepada negara yang seharusnya melindungi mereka. Rakyat menunggu langkah nyata: audit menyeluruh atas izin tambang, penuntasan kasus korupsi sumber daya alam, dan kebijakan yang benar-benar berpihak pada kepentingan publik. Bila tidak, maka sejarah akan mencatat — bahwa negeri yang kaya ini dirampok dari dalam oleh mereka yang seharusnya menjaganya.
Berita

Sumedang, 3 – 2025 – Fenomena perampokan sumber daya…