Bandung, Eksposelensa.com – 31 Januari 2025 – Yayasan Kebudayaan Rancage menggelar diskusi kebudayaan selama dua hari (30-31 Januari 2025) untuk membahas masa depan sastra Sunda dan upaya inovatif untuk meningkatkan minat pembaca di kalangan generasi muda.
Dalam diskusi tersebut, para pegiat sastra dan akademisi menyadari bahwa minat terhadap sastra daerah, khususnya Sunda, masih bergantung pada kewajiban akademik dibandingkan kesadaran pribadi.
“Kita harus menemukan formula baru agar sastra Sunda tidak sekadar dibaca karena tugas dosen, tetapi juga karena kesadaran akan nilai budayanya,” ujar Ketua Yayasan Rancage, Bu Eti.
Salah satu langkah awal yang diusulkan adalah membuka akses lebih luas ke komunitas non-sastra agar tertarik mengikuti kegiatan Rancage.
Yayasan Rancage juga tengah menyusun Rancage Pedia, sebuah platform digital yang merangkum sastra dari daerah lain yang pernah mendapat penghargaan Rancage.
Diskusi ini menggarisbawahi perlunya kebijakan konkret untuk membangun kesadaran membaca sastra Sunda di luar lingkup akademik.
“Sastra daerah harus tetap hidup agar identitas budaya tidak tergerus oleh zaman,” ujar salah satu peserta diskusi.
Penulis: Ratna