TNI / POLRI

Silaturahmi Kebangsaan, Wakapolri Ingatkan Pentingnya Menjaga Persatuan

149
×

Silaturahmi Kebangsaan, Wakapolri Ingatkan Pentingnya Menjaga Persatuan

Sebarkan artikel ini

Eksposelensa.com |Wakapolri Komjen Pol. Drs. Agus Andrianto, S.H., M.H., menghadiri acara Silaturahmi Kebangsaan Polri Presisi Untuk Negeri. Kegiatan yang dihadiri oleh Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Forkompinda hingga Pejabat Utama Mabes Polri dan Polda Riau ini diselenggarakan di Ballroom Hotel Pangeran, Pekanbaru, Riau,Dalam acara tersebut, Wakapolri berpesan kepada seluruh elemen masyarakat Riau untuk terus menjaga persatuan bangsa menjelang pesta demokrasi sehingga terciptanya Pemilu 2024 yang aman dan damai. Tak hanya itu, Wakapolri juga menekankan bahwa Indonesia adalah rumah bersama bagi semua warga, tanpa memandang suku, agama, ras dan etnis. “Kebhinekaan ini adalah berkah dari yang Maha Kuasa, karunia kekayaan alam yang luar biasa harus disyukuri. Maka harus melibatkan seluruh komunitas dan keberagaman yang ada untuk mengelolanya,” ucap Wakapolri.

“Perampokan Sumber Alam oleh Oknum Pejabat: Rakyat Terpuruk, Negara Diam” Sumedang, 3 – 2025 – Fenomena perampokan sumber daya alam kembali menyeruak di tengah krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah. Di berbagai daerah, tambang ilegal, kebocoran hasil bumi, serta penguasaan lahan hutan oleh korporasi terus meningkat—dan di balik semuanya, bayangan oknum pejabat negara kerap terlihat. Investigasi sejumlah aktivis lingkungan dan jurnalis independen mengungkap pola sistematis: pemberian izin tambang yang penuh kejanggalan, proyek infrastruktur yang mengorbankan warga, serta kebijakan daerah yang disetir oleh kepentingan investor. Di balik meja rapat dan tanda tangan pejabat, miliaran rupiah kekayaan alam berpindah tangan—sementara rakyat di wilayah terdampak hanya mewarisi lumpur, polusi, dan kemiskinan. “Ini bukan lagi sekadar pelanggaran etika, tapi pengkhianatan terhadap amanat konstitusi. Negara wajib mengelola bumi, air, dan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bukan segelintir pejabat atau korporasi rakus,” tegas [Nama Narasumber], aktivis lingkungan dari [Nama Lembaga]. Di Kalimantan, Papua, hingga Sulawesi, jejak perampasan sumber daya alam meninggalkan luka sosial dan ekologis yang dalam. Warga kehilangan lahan, air bersih, serta akses terhadap hutan adat yang selama ratusan tahun menjadi sumber kehidupan. Ironisnya, sebagian proyek yang diklaim “pembangunan” justru melanggengkan penderitaan. Pengawasan lemah, penegakan hukum tumpul ke atas, dan kedekatan antara pejabat dengan pemodal membuat praktik ini seolah mendapat restu. Di banyak kasus, aparat justru melindungi kepentingan perusahaan ketimbang rakyat. Laporan terbaru beberapa lembaga independen menunjukkan, nilai kerugian negara akibat kebocoran hasil sumber daya alam mencapai triliunan rupiah per tahun. Namun yang lebih tragis, adalah kerugian sosial dan moral: hilangnya kepercayaan rakyat kepada negara yang seharusnya melindungi mereka. Rakyat menunggu langkah nyata: audit menyeluruh atas izin tambang, penuntasan kasus korupsi sumber daya alam, dan kebijakan yang benar-benar berpihak pada kepentingan publik. Bila tidak, maka sejarah akan mencatat — bahwa negeri yang kaya ini dirampok dari dalam oleh mereka yang seharusnya menjaganya.
Berita

Sumedang, 3 – 2025 – Fenomena perampokan sumber daya…